Wabah penyakit selalu menjadi ancaman serius dalam konteks bencana alam di Indonesia. Dampaknya bisa sangat merusak dan mengancam kehidupan masyarakat. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau gempa bumi seringkali menjadi pemicu munculnya wabah penyakit yang bisa menyebar dengan cepat di tengah kondisi darurat.
Menurut Dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, “Dalam situasi bencana alam, kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit.” Hal ini dapat memperparah dampak bencana alam yang sudah terjadi.
Salah satu contoh nyata dampak wabah penyakit dalam konteks bencana alam adalah saat terjadi bencana gempa bumi di Lombok pada tahun 2018. Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terjadi lonjakan kasus diare dan infeksi saluran pernapasan akut setelah bencana tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa wabah penyakit bisa menjadi ancaman serius setelah terjadi bencana alam.
Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi munculnya wabah penyakit dalam situasi bencana alam. Upaya pencegahan dan penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk mengurangi dampak buruk dari wabah penyakit tersebut.
Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, PhD, “Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan di daerah rawan bencana harus menjadi prioritas dalam upaya mitigasi risiko wabah penyakit.” Hal ini sejalan dengan rekomendasi World Health Organization (WHO) yang menekankan pentingnya sistem kesehatan yang tanggap terhadap bencana alam.
Dengan kesadaran dan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, diharapkan dampak wabah penyakit dalam konteks bencana alam di Indonesia dapat diminimalkan. Upaya pencegahan dan penanganan yang baik akan menjadi kunci untuk melindungi masyarakat dari ancaman serius tersebut.